
Seperti dilansir AFP, Selasa (5/11), demonstran mendesak supaya konsulat Iran di Karbala ditutup. Alasannya adalah Iran saat ini mendukung rezim pemerintah Irak yang dianggap korup.
"Aparat tidak melepaskan tembakan peringatan ke udara. Mereka memang berniat membunuh, bukan membubarkan massa. Mereka malah melindungi Konsulat Iran, sementara kami ingin negara ini bebas dari campur tangan asing. Mengapa mereka malah membunuhi sesama anak bangsa?," kata seorang demonstran.
Hubungan diplomatik Irak dan Iran memang rumit. Pada 1980-an kedua negara itu terlibat perang.
Kendati demikian, saat ini hubungan keduanya dalam bidang politik dan ekonomi sangat erat.
Setiap tahun, penganut ajaran Syiah dari Iran berziarah ke Karbala yang dianggap sebagai kota suci. Mereka akan mengunjungi makam Hussein yang disebut sebagai cucu Nabi Muhammad S.A.W.
Panglima Angkatan Bersenjata Iran, Qassem Soleimani, bahkan dilaporkan melakukan kunjungan khusus ke beberapa lokasi di Irak untuk memberi masukan kepada aparat setempat perihal cara menangani demonstran.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menuduh Amerika Serikat adalah dalang dari aksi massa di Irak dan Libanon.
Sampai saat ini tercatat sudah 250 orang meninggal dalam bentrokan pengunjuk rasa dan aparat keamanan di Irak.
Presiden Irak Barham Salih mengumumkan bahwa Perdana Meteri Adil Abdul Mahdi telah setuju untuk mengundurkan diri. Mahdi bersedia mengundurkan diri setelah Irak dihantam gelombang unjuk rasa anti-pemerintah selama berminggu-minggu.
Aksi unjuk rasa besar-besaran merebak di seluruh Irak sejak 1 Oktober. Mereka menuntut langkah konkret pemerintah untuk menekan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, dan memberantas korupsi.
Menurut Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Irak adalah penghasil minyak bumi kedua terbesar di dunia. Namun, berdasarkan telaah lembaga non-pemerintah Transparency International, mereka menempati urutan ke-12 negara terkorup di dunia. (ayp/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2JNZ4fK
via IFTTT
No comments:
Post a Comment