Kantor berita DHA menyebut bahwa Turki juga telah melatih personel yang akan mengoperasikan S-400.
Dikutip dari AFP, uji radar ini dilakukan di tengah kecaman Amerika Serikat. AS berulangkali mengancam akan menjatuhkan sanksi jika Turki tetap melanjutkan pembelian sistem rudal buatan Rusia itu. Akan tetapi Turki bergeming.
Ankara telah menerima pengiriman tahap pertama sistem pertahanan udara rudal S-400 dari Rusia pada Juli lalu. Dan September kemarin pengiriman tahap kedua telah rampung.
AS menyebut S-400 tidak kompatibel dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan dapat menimbulkan ancaman bagi jet-jet F-35 Lockheed Martin Corp.
Menurut AS, jika S-400 diintegrasikan dengan F-35 berisiko ada kebocoran informasi teknologi sensitif. Namun Turki berkeras S-400 tidak memberikan ancaman bagi NATO.
Presiden AS Donald Trump memutuskan membatalkan proyek penjualan jet tempur F-35 karena Turki tetap melanjutkan kontrak pembelian S-400 buatan Rusia.
AS lantas mengeluarkan Turki dari program F-35 setelah negara itu menerima pengiriman tahap pertama S-400 pada Juli lalu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sendiri menegaskan tidak akan membatalkan pembelian S-400 Rusia. Sistem rudal itu rencananya siap digunakan pada April 2020.
Dalam konferensi pers bersama Erdogan di Gedung Putih pada pertengahan November lalu, Trump mengatakan akuisisi Turki atas S-400 telah menciptakan beberapa tantangan yang sangat serius bagi keduanya, dan mereka akan terus membicarakannya.
Dia mengatakan para menteri luar negeri dan penasihat keamanan nasional kedua negara akan "segera bekerja untuk menyelesaikan masalah S-400". (dea)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2Df83mF
via IFTTT
No comments:
Post a Comment