Kini Ismail sudah masuk kelas dan mengikuti perkuliahan yang dimulai Selasa (3/9) waktu setempat.
Sebuah LSM pendidikan berbasis di Washington, Amideast, mengatakan Ismail tiba di Bandara Internasional Logan, Boston sehari sebelum perkuliahan dimulai.
"10 hari terakhir yang sulit dan dipenuhi kecemasan, tetapi kami sangat berterima kasih atas ribuan pesan dukungan dan terutama pekerjaan Amideast," kata keluarga Ismail dalam sebuah pernyataan.
Harvard merupakan salah satu universitas paling bergengsi di dunia. Amideast menganggap Ismail sebagai salah satu siswa terbaik di Libanon.
"Kami senang mimpi Ismail di Harvard akan terwujud," kata Theodore Kattouf, presiden dan CEO Amideast.
"Ismail adalah pemuda cerdas, pekerja keras. Kecerdasan dan kegigihannya membuatnya berhasil mengatasi tantangan yang dihadapi para pemuda pengungsi Palestina untuk mendapatkan beasiswa," katanya.
Penolakan Ismail masuk ke AS ini sempat menuai kecaman.
Ismail mengatakan seorang petugas bertanya tentang agamanya dan menggeledah laptop dan serta ponsel ketika ia tiba di Bandara Logan pada 23 Agustus lalu.
Menurut Ismail, petugas tersebut lantas menghardiknya tentang postingan politik di media sosialnya. Ismail mengatakan postingan tersebut ditulis oleh teman-temannya.
Kasus itu pun ramai diberitakan media. Amideast mengatakan Harvard turun tangan dan meminta kedutaan AS di Beirut menerbitkan kembali visa agar Ismail bisa kembali ke AS.
Otoritas AS mengatakan alasan hukum yang membuat mereka mencegah Ismail masuk. (dea)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2UrvQYg
via IFTTT
No comments:
Post a Comment