Seperti dilansir AFP, Kamis (12/9), dalam pidato upacara peringatan 11 September, Trump menyatakan militer AS akan menyerang kelompok Taliban lebih keras lagi. Bahkan dia mengklaim hal itu sudah dilakukan selama empat belakangan.
"Jika mereka (Taliban) kembali menyerang kita, kami akan memburu mereka ke mana pun dengan kekuatan penuh yang mana belum pernah dilakukan AS sebelumnya," kata Trump di Washington D.C.
Diduga kuat hal itu dilakukan selepas seorang prajurit AS meninggal pekan lalu akibat terkena ledakan bom yang dipasang kelompok Taliban.
"Saya tidak berbicara soal nuklir. Namun, mereka tidak akan pernah melihat hal yang akan terjadi terhadap mereka," ujar Trump.
Proses perundingan damai antara AS dan Taliban yang telah berlangsung berbulan-bulan terancam gagal. Padahal, Trump adalah salah satu orang yang mendesak supaya seluruh pasukan AS di Afghanistan ditarik, karena menurut dia perang yang berlangsung selama 18 tahun tidak menguntungkan.
Akan tetapi, setelah kejadian pada pekan lalu, Trump memutuskan membatalkan seluruh dialog dengan Taliban. Trump juga sempat mengusulkan supaya memangkas jumlah pasukan AS di Afghanistan dari 14 ribu menjadi 8,600 orang.
Dampak dari keputusan Trump menghentikan seluruh negosiasi damai dengan Taliban membuat nasib serdadu AS di Afghanistan kini menggantung. Taliban juga lantas mengancam justru AS akan merugi karena membatalkan negosiasi damai itu.
Ketegangan antara AS dan Taliban ini semakin mengkhawatirkan warga sipil Afghanistan, yang kerap menjadi korban teror serangan bom bahkan di Ibu Kota Kabul. Mereka juga akan menggelar pemungutan suara pemilihan presiden pada 28 September mendatang.
Jauh-jauh hari Taliban sudah mengancam akan menyerang tempat pemungutan suara jika pilpres tetap digelar. Bahkan, mereka meminta warga supaya tidak menggunakan hak pilih jika tidak ingin menjadi korban. (ayp/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2O0LpVF
via IFTTT
No comments:
Post a Comment