"Situasi di dalam Hong Kong dan China sangat tegang dan perjalanan seharusnya bisa dikurangi. Jika Anda harus pergi ke wilayah-wilayah tersebut, Anda harus memperhatikan keselamatan dan memastikan teman-teman dan kerabat tahu keberadaan Anda," ujarnya pada Rabu (11/9).
Situasi di kawasan memang sedang meningkat setelah kabar penahanan seorang pebisnis asal Taiwan, Lee Meng-chu.
Laporan hilang tersebut diserahkan oleh Chen Ya-lin, rekan Lee yang seharusnya bertemu dengan pebisnis tersebut di Jakarta dua hari kemudian.
Menurut Chen, Lee sempat menghadiri satu aksi protes di Hong Kong sebelum menyeberangi perbatasan. Namun hingga saat ini, belum ada indikasi penahanan Lee ini berkaitan dengan kehadiran di aksi tersebut atau tidak.
Pihak keluarga juga menyatakan bahwa Lee bukan ancaman bagi China karena ia "hanyalah orang biasa." Mereka kemudian meminta pemerintah China untuk menjelaskan penahanannya.
Pada Rabu, seorang juru bicara kantor pemerintahan China untuk urusan Taiwan mengatakan bahwa Lee hanya diinterogasi atas dugaan "aktivitas kriminal yang dapat mengancam keamanan nasional." Namun, ia tak menjabarkan lebih lanjut.
Jubir partai berkuasa Taiwan, Hsueh Cheng-yi, menyatakan bahwa penahanan itu dapat menyebabkan ketakutan terhadap keselamatan wisatawan yang pergi menuju Hong Kong dan China.
Taiwan sendiri menjadi wilayah otonomi sejak perang sipil China berakhir pada 1949. Hingga kini, China masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari negaranya di bawah prinsip "Satu China".
Sama seperti Taiwan, Hong Kong juga merupakan wilayah otonom yang masih dianggap wilayah kedaulatan oleh China.
Beberapa bulan belakangan, Hong Kong sedang diguncang aksi demonstrasi besar-besaran yang berujung pada tuntutan warga agar wilayah itu benar-benar lepas dari China. (fls/has)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2I3IM1q
via IFTTT
No comments:
Post a Comment