Johnson mengatakan akan membawa Brexit dengan atau tanpa persetujuan para pembuat hukum tersebut.
Parlemen Inggris sendiri saat ini sedang ditangguhkan, di mana sebelumnya dalam voting yang menang adalah 'tak ada kesepakatan' untuk Brexit. Namun, sikap yang disebutkan berbasiskan dukungan pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn itu akan berisiko.
"Pilihan paling fundamental untuk hal ini: Apakah anda akan berada di sisi yang sama dengan Jeremy Corbyn dan mereka ingin membatalkan referendum? Apakah anda ada di posisi dengan mereka yang ingin menggosok vonis demokratis rakyat--dan menjerumuskan negara ini ke dalam kekacauan," ujar Boris Johnson yang dimuat Sunday Times seperti dilansir Reuters.
"Atau apakah Anda akan berpihak bersama kita yang ingin melanjutkan memenuhi mandat orang-orang dan fokus dengan ketepatan mutlak seperti laser dalam agenda domestik? Itulah pilihannya," sambung Boris Johnson.
Sementara itu, di Downing Street para pengunjuk rasa membawa plakat dan bendera-bendera Uni Eropa. Mereka mendesak warga Inggris lainnya unuk menolak keluar dari Uni Eropa. ada di antara mereka yang berkumpul di depan kediaman resmi PM Inggris, Downing Street, membawa poster dengan tulisan 'Boris Johnson shame on you!'
Ada yang membawa alat unjuk rasa bertuliskan: "Defend democracy: resist the parliament shutdown" dan "Wake up UK! Or welcome to Germany 1933".
Para demonstran menggunakan slogan #StopTheCoup dan menglaim sekitar 100 ribu orang di London akan bergabung. Gerakan serupa diklaim juga terjadi di Exeter, Oxford, Manchester, York, dan Newcastle.
"Tak ada orang yang memilih untuk kediktatoran," ujar Bridie Walton, 55, warga Exeter.
(Reuters/kid)from CNN Indonesia https://ift.tt/2zDyPmU
via IFTTT
No comments:
Post a Comment