Petugas perbatasan Bangladesh mengaku mendengar bunyi ledakan keras dan melihat beberapa orang meninggalkan seseorang dalam keadaan luka parah, di desa perbatasan Ghumdum pada Selasa lalu.
"Kami menduga ia terbunuh dalam ledakan ranjau darat di dalam wilayah Myanmar, dan orang-orang membawanya ke wilayah Bangladesh," ujar seorang petugas senior Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) yang tidak disebutkan namanya kepada AFP, Kamis (5/9).
Komandan Regional BGB, Ali Haider Azad Ahmed, mengatakan bahwa korban diduga adalah pengungsi Rohingya berusia sekitar 30 tahun yang belum diidentifikasi. Berdasarkan keterangan juru bicara rumah sakit setempat, sebagian kaki korban hancur akibat ledakan tersebut.
"Berbagai cedera tersebut menunjukkan tanda-tanda ledakan ranjau darat," kata kepala kepolisian setempat, Anwar Hossain.
Aparat Bangladesh menuduh petugas keamanan Myanmar sengaja memasang ranjau darat antipersonel di sepanjang perbatasan, demi menghalau para penduduk kembali ke desa mereka.
Hampir satu juta penduduk minoritas Muslim Rohingya tinggal di dalam beberapa kamp di tenggara Bangladesh setelah melarikan diri dari kekerasan militer Myanmar. Mereka umumnya kembali ke negara bagian Rakhine melalui perbatasan tersebut.
Tentara Myanmar dituduh melakukan pembersihan etnis (genosida) besar-besaran terhadap komunitas Muslim Rohingya. Sebanyak 740.000 penduduk di antaranya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak Agustus 2017 silam.
Akibatnya, perpindahan massal yang dilakukan warga Rohingya ke Bangladesh meningkat pesat setiap hari. Namun, hal ini juga disertai dengan sebagian warga yang meninggal maupun terluka parah akibat terkena ranjau darat di sepanjang perbatasan.
Sejak 1997, penggunaan ranjau darat telah dilarang di seluruh dunia.
Lembaga pegiat hak asasi manusia, Amnesty International mengungkapkan bahwa mereka telah mendokumentasikan dugaan penggunaan ranjau darat di sepanjang perbatasan Rakhine. (fls/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2UyVJW7
via IFTTT
No comments:
Post a Comment