Melalui pernyataan dalam situsnya, Panglima Militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, menuturkan tim pengadilan militer telah mengunjungi utara Rakhine. Tempat itu adalah pusat kekerasan dan persekusi terhadap Rohingya yang terjadi pada 2017 lalu, hingga memicu gelombang ratusan ribu pengungsi ke Bangladesh.
Pada 2018 lalu, kantor berita Associated Press melaporkan keberadaan setidaknya lima kuburan massal yang diyakini etnis Rohingya di Desa Gutarpyin, Kota Buthidaung.
Meski begitu, pernyataan militer tak menjelaskan lebih lanjut siapa yang akan diadili dan apa hasil penyelidikan itu.
Sementara itu, pada Minggu (1/9) kemarin, juru bicara militer Myanmar, Tun Tun Nyu, mengatakan kepada Reuters bahwa investigasi militer itu adalah rahasia.
"Kami tidak berhak mengetahuinya. Mereka (tim penyelidik) akan merilis pernyataan lain tentang hal ini ketika prosedur selesai," kata Tun Nyu melali sambungan telepon
Tim tersebut dilaporkan telah mengunjungi Rakhine dua kali pada Juli dan Agustus lalu.
Tahun lalu, misi pencari fakta PBB menyimpulkan bahwa militer Myanmar telah meluncurkan operasi terhadap etnis Rohingya "dengan niat genosida".
Misi tersebut bahkan meminta Myanmar memecat Aung Hlaing dan lima jenderal lainnya dari pucuk kepemimpinan di militer atas tindakan "kejahatan paling berat di bawah hukum internasional."
Myanmar berkeras membantah tudingan itu, meski pada Agustus lalu Aung Hlaing mengatakan sejumlah personelnya "mungkin terlibat" dalam kejahatan terhadap kemanusiaan tersebut.
Militer Myanmar juga sudah pernah melakukan penyelidikan serupa pada 2017 lalu. Namun, hasil penyelidikan membebaskan seluruh personel militer dari setiap tuntutan dugaan kejahatan. (rds/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/32psWpP
via IFTTT
No comments:
Post a Comment