"Dalam setiap prosesnya, Pemerintah Pusat China memahami mengapa kami harus melakukannya. Mereka menghormati pandangan saya, dan mereka selalu mendukung saya," ujar Carrie seperti dikutip Reuters, Kamis (5/9).
Carrie melontarkan pernyataan ini ketika ditanya alasan pemerintah Hong Kong begitu lama mengambil keputusan untuk mencabut RUU tersebut hingga unjuk rasa terlanjur meluas.
"Kami harus mencari cara untuk mengatasi ketidakpuasan dalam masyarakat dan mencari solusinya," ucap Carrie.
Pengumuman pembatalan RUU ini sendiri belum diketahui bakal membantu meredakan ketegangan di Hong Kong atau tidak.
Namun, para aktivis pro-demokrasi tetap menyerukan demonstrasi untuk mendesak agar pemerintah Hong Kong memenuhi tuntutan mereka yang lain, bahkan menuntut kemerdekaan penuh dari China.
Secara keseluruhan, ada lima poin tuntutan demonstran. Selain pencabutan RUU ekstradisi, mereka juga menuntut agar unjuk rasa mereka tak disebut kerusuhan, pembebasan semua demonstran yang ditahan, penyelidikan dugaan kebrutalan polisi, dan hak warga untuk menentukan pemimpin.
Tokoh pro-demokrasi Hong Kong, Joshua Wong, pun tetap menggelar demonstrasi di depan Hong Kong University pada Kamis pagi bersama 100 mahasiswa medis.
"Kami semua menderita akibat bencana kemanusiaan yang disebabkan pemerintah dan pasukan kepolisian. Lima tuntutan, harus dipenuhi. Bebaskan Hong Kong, saatnya revolusi bagi kami!" kata Joshua.
China sendiri dinilai sangat berhati-hati dalam menanggapi pergolakan di Hong Kong ini. Meski dilaporkan mengerahkan militer ke perbatasan dengan Hong Kong, mereka tetap menyatakan dukungan bagi Carrie.
"Kami menegaskan dukungan untuk pemimpin eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, dalam memimpin pemerintahan SAR (Kawasan Administrasi Khusus)," ujar juru bicara Kantor Hubungan Macau dan Hong Kong, Yang Guang, seperti dikutip AFP. (has)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2ZAu5xC
via IFTTT
No comments:
Post a Comment