"Proses pemilihan ini tidak lebih dari upaya untuk mengelabui penduduk, dan hanya untuk memuaskan ego segelintir politikus yang memalukan," demikian isi pernyataan Taliban, seperti dilansir Reuters, Selasa (6/8).
Taliban berharap AS menepati janji dengan segera menarik seluruh pasukan dan sekutunya dari Afghanistan. Sebagai imbal balik, mereka berjanji tidak akan mengizinkan negaranya digunakan sebagai tempat persembunyian kelompok teroris.
Taliban juga memboikot ajang pilpres Afghanistan. Mereka bahkan menyatakan akan mengerahkan pasukan untuk menghalangi proses pencoblosan.
"Supaya tidak salah sasaran, kami imbau seluruh penduduk Afghanistan untuk menjauh dari ajang kampanye," demikian lanjut pernyataan Taliban.
Taliban mendesak seluruh kekuatan asing yang berada di Afghanistan supaya menghentikan situasi yang mereka anggap sebagai penjajahan, dan segera membuat kesepakatan damai yang abadi. Mereka berharap hal itu lekas terlaksana supaya Afghanistan tidak dikuasai segelintir pihak yang mereka anggap cacat moral.
Mantan pejabat Bank Dunia itu berhasil unggul dalam pilpres 2014. Namun, kemenangan orang didikan AS itu terjadi karena memanipulasi perolehan suara.
Taliban sampai saat ini juga menolak berunding dengan pemerintah Afghanistan. Mereka menyatakan sampai detik ini tidak mengakui pemerintahan itu karena dianggap hanya akal-akalan AS.
Pada akhir Juli lalu, om dan penembakan yang terjadi di kantor tim pemenangan kandidat pilpres Amrullah Saleh. Dia selamat meski mengalami luka-luka.
Kandidat lainnya, Hanif Atmar dan Mohammad Hakim Torsan, juga ketakutan dengan keselamatannya setelah kejadian yang menimpa Saleh.
"Banyak calon presiden cemas dengan keselamatan mereka, tetapi mereka harus berkampanye. Pemerintah harus menjamin keamanan bagi kami dan para penduduk," kata Torsan.
Pesaing utama Ghani adalah Abdullah Abdullah. Dia saat ini menjabat sebagai kepala staf kepresidenan. (ayp/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/31p6Hjp
via IFTTT
No comments:
Post a Comment