Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumatera Utara Wan Hidayati di Medan, Rabu, mengatakan, potensi yang paling layak dijual dari Danau Toba adalah lingkungan hidup, alam, kebersihan, dan airnya yang jernih.
Penyediaan infrastruktur fisik, terutama hotel atau penginapan yang layak memang sangat diperlukan. Namun pihaknya berkeyakinan, potensi kepariwisataan tidak selalu bisa dijual hanya dengan pembangunan fasilitas mewah dan hotel yang menjulang tinggi.
"Lingkungan dan kultur yang dapat direvitalisasi merupakan komoditi yang paling dapat dijual," katanya.
Dia berkeyakinan, wisatawan yang berkunjung, terutama yang berasal dari luar negeri bukan merindukan pengembangan hotel yang mewah, melainkan potensi alam yang tidak didapatkan di negaranya.
"Infrastruktur memang perlu bagus, tapi jangan meninggalkan "heritage" atau warisan budaya," ujar Hidayati.
Belakangan ini, kata dia, Disbudpar Sumut terus menggenjot sektor kepariwisataan Danau Toba dengan mengedepankan Geopark Kaldera Toba.
Untuk menarik perhatian wisatawan mancanagera, pihaknya berupaya mengemukakan keunikan yang ada di Danau Toba seperti geologi, kultur, dan biodiversity.
"Itulah yang menjadi nilai bagi internasional yang diakui Unesco," katanya.
Dari pengalaman usai mengujungi berbagai negara yang memiliki potensi pariwisatan, kunjungan wisatawan meningkat hingga 5-7 kali lipat setelah adanya potensi alam atau situs yang ditetapkan dalam Unesco.
"Orang penasaran seperti apa peninggalan yang diakui Unesco itu," kata Wan Hidayati.
Baca juga: AirAsia tertarik kembangkan pariwisata di Toba
Baca juga: Promosi Danau Toba di Vietnam sukses lego 670 paket wisata
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Budi Suyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2018
No comments:
Post a Comment