Kepolisian Indonesia sendiri mengakui bahwa kabar mengenai kematian Baghdadi justru meningkatkan kewaspadaan aparat dalam negeri.
"Kematian al-Baghdadi sudah diumumkan dunia internasional dan itu menjadi kewaspadaan kami," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Asep Adi Saputra, sebagaimana dikutip Antara, Senin (28/10).
Menurut Asep, kematian Baghdadi tak serta merta mengindikasikan ISIS di Suriah melemah. Detasemen Khusus 88 pun tak akan lengah mengawasi pergerakan sel-sel teroris di Indonesia.
Tak hanya Indonesia, Malaysia juga siaga karena sejumlah ahli mengindikasikan kemungkinan gelombang loyalis ISIS ke negara-negara Asia Tenggara, terutama Filipina.
"Selama ideologi ISIS tak luntur, selama kelompok-kelompok lain yang menganut ideologi jihadi Salafi tak dimusnahkan, ancaman teror masih akan terus ada," ucap kepala divisi kontra-terorisme kepolisian Malaysia, Said Ayob Khan Mydin Pitchay seperti dilansir South China Morning Post.
Kepolisian Indonesia mengakui bahwa kabar mengenai kematian Abu Bakr al-Baghdadi justru meningkatkan kewaspadaan aparat dalam negeri. (Dok. Istimewa)
|
"Kepemimpinan ISIS memang memerintahkan militan Asia Tenggara untuk ke Filipina. Dengan kematian Baghdadi, akan lebih banyak militan mengurungkan niat ke Irak dan Suriah, jadi Mindanao akan menjadi pilihan mereka," tutur Abuza.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), Edgard Arevalo, pun mengakui bahwa pihaknya langsung siaga tinggi setelah kabar kematian Baghdadi merebak.
"[AFP] tetap siaga tinggi akan kemungkinan upaya untuk menunggangi perkembangan ini. AFP akan terus melakukan segala daya upaya untuk mencegah atau melawan ekstremis teroris yang masih mengancam negara kami," katanya.
"Tebakan saya sel-sel Asia Tenggara yang berbaiat ke ISIS akan terus melakukan apa yang mereka lakukan, tak peduli apa yang terjadi di Suriah. Sel pro-ISIS di Indonesia selama dua sampai tiga tahun ini saja sudah menarget polisi, bahkan politikus," ucap Abuza merujuk pada serangan terhadap mantan Menko Polhukam, Wiranto.
Abuza mengatakan bahwa sistem komandi ISIS, terutama di Asia, tidak terpusat. Kebanyakan sel di Asia Tenggara tak punya markas tersendiri.
"Di Asia Tenggara, kelompok itu lebih cair. Individu-individu berpindah di antara kelompok-kelompok," tuturnya.
[Gambas:Video CNN]
Senada dengan Abuza, profesor ilmu politik dari Northeastern University, Max Abrahms, juga menganggap sistem operasi ISIS tak seperti Al Qaidah di bawah pimpinan Osama Bin Laden. Menurutnya, ISIS selama ini menjalankan sistem operasi tak terpusat.
"Ketika Bin Laden tewas, pertanyaan mengenai siapa yang menggantikannya lebih relevan karena Bin Laden lebih mengendalikan Al Qaidah ketimbang Baghdadi di ISIS," tutur Abrahms.
Charlie Winter, peneliti dari King's College, London, juga mengamini pernyataan Abrahms. Menurutnya, ISIS menerapkan struktur birokrasi terbuka sehingga mereka tak benar-benar kewalahan ketika pemimpin hilang.
"Kelompok jihadi itu mungkin akan bertahan atau lebih kuat melalui kehilangan pemimpin jika mereka punya sistem birokrasi dan struktur," kata Winter kepada AFP. (has)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2JwVq9Y
via IFTTT
No comments:
Post a Comment