"Jika saya punya pilihan, hal pertama yang saya lakukan adalah mengundurkan diri, dan menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya," kata Lam dalam rekaman pada rapat tertutup, seperti dilansir Reuters, Selasa (3/9).
Pidato Lam selama setengah jam dalam rapat tertutup itu berhasil direkam. Menurut juru bicaranya, Lam memang melakukan dua pertemuan tertutup dengan para pengusaha pekan lalu.
"Kami tidak dalam posisi untuk mengomentari pernyataan Kepala Eksekutif dalam kegiatan itu," demikian pernyataan juru bicara Lam.
Dalam rekaman itu, Lam juga menyinggung soal situasi Hong Kong yang kini sedang dibahas oleh pemerintah China. Menurut dia, ruang yang diberikan kepadanya untuk menentukan sikap terkait polemik Hong Kong sangat terbatas.
"Ruang manuver politik yang diberikan kepada Kepala Eksekutif, yang sangat disayangkan harus melayani dua pihak berdasarkan konstitusi yakni pemerintah China dan rakyat Hong Kong, sangat terbatas," ujar Lam.
"Kepala Eksekutif yang membuat situasi Hong Kong menjadi kacau sangat tidak bisa dimaafkan," kata Lam.
Lam juga menyatakan sampai saat ini pemerintah China sama sekali belum memutuskan mengirimkan tentara ke Hong Kong. Dia meyakini jika hal itu terjadi maka akan sangat merusak citra China yang susah payah dibangun sejak lama.
Apalagi kini China dan Hong Kong adalah dua pusat ekonomi dunia. Dia khawatir jika China nekat campur tangan langsung dalam urusan Hong Kong, maka menjadi celah bagi seterunya untuk menyerang balik, terutama Amerika Serikat yang kini tengah terlibat perang dagang dengan Tiongkok.
"Mereka paham harga yang harus dibayar sangat besar," ucap Lam.
Tak Bebas Bergerak
Lam juga mengeluh gejolak yang terjadi di Hong Kong sangat mempengaruhi kehidupan pribadinya. Dia juga menyatakan sangat sedih tidak bisa menawarkan solusi untuk meredakan ketegangan itu.
"Saat ini sangat sulit bagi saya untuk keluar rumah. Saya tidak pernah berjalan kaki, atau belanja di mal, tidak bisa pergi ke salon. Saya tidak bisa ke mana-mana karena keberadaan saya akan cepat tersebar di media sosial," ujar Lam.
Bahkan Lam menyatakan jika dia nekat menampakkan diri di keramaian, maka dalam waktu singkat bakal dikerubungi oleh para aktivis berbaju hitam. Pakaian itu menjadi simbol para demonstran saat berunjuk rasa dalam tiga bulan belakangan.
Badan China Urusan Macau dan Hong Kong tidak memberikan komentar soal pernyataan Lam.
Hong Kong telah mengalami berbagai unjuk rasa yang dipimpin kelompok muda selama dua bulan berturut-turut yang selalu berakhir ricuh dengan kepolisian. Pergolakan tahun ini dipicu pembahasan Rancangan Undang-Undang Ekstradisi.
RUU Ekstradisi memungkinkan pemerintah China memulangkan dan membawa pelaku kejahatan untuk diadili di kawasan daratan. Namun, kelompok pro demokrasi Hong Kong khawatir hal itu bakal dipakai untuk menjerat dan membungkam para aktivis setempat. (ayp/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2LmWU6X
via IFTTT
No comments:
Post a Comment