Berdasarkan keterangan Kepolisian Diraja Malaysia, ketiga nelayan yang diculik bernama Maharudin Lunani (48), anak Muharudin yakni Muhammad Farhan (270, dan anak buah kapal lainnya bernama Samiun Maniu (27).
Saudara Samiun, Masiudin, menyatakan sampai saat ini belum ada kontak apapun dengan pihak penyandera.
"Kami berharap mereka segera dibebaskan. Samiun punya anak berusia enam tahun yang sekarang saya rawat. Sampai saat ini dia belum tahu ayahnya disandera," kata Masiudin.
Masiudin yang juga nelayan mengakui pekerjaannya riskan karena dihantui kawanan perompak. Namun, dia menyatakan tidak punya pilihan lain.
Meski demikian, Masiudin mengaku khawatir dengan kondisi sang adik. Sebab dia masih ingat dengan kasus nelayan bernama Jari Abdullah yang tewas ditembak oleh kelompok Abu Sayyaf pada April lalu.
"Jari adalah saudara kami dan kami bekerja di perusahaan kapal penangkap ikan yang sama. Ketika peristiwa itu terjadi, kami semua ketakutan. Namun, ke mana lagi kami harus pergi dan bekerja?," ujar Masiudin. seperti dikutip The New Straits Times.
Ketiga nelayan itu diculik saat sedang melaut menggunakan kapal pukat ditemani sebuah kapal lain. Mereka lantas didekati dua kapal kecil yang diduga adalah kawanan perompak.
Ketika para nelayan sedang memancing udang sekitar pukul 23.58 waktu setempat, tiba-tiba dua kapal kecil itu merapat dari bagian buritan, dan tujuh orang bersenjata menaiki kapal itu.
Ketiga nelayan asal Buton, Sulawesi Tenggara itu dilaporkan dibawa ke arah Pulau Tawi-Tawi, Filipina. Daerah itu diduga menjadi salah satu basis kelompok bersenjata Abu Sayyaf.
Kepolisian Malaysia menuturkan para perompak menggunakan senjata api laras panjang AK 47, M16 Double Body M203 dan sebuah pistol.
Kementerian Luar Negeri melalui Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia, Joedha Nugraha, menyatakan sampai saat ini masih terus memantau perkembangan kasus itu.
""Belum ada komunikasi dengan penyandera. Sampai saat ini kami masih terus pantau kasusnya," kata Joedha saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com melalui pesan WhatsApp.
Pada tahun lalu, kelompok penculik yang menyandera nelayan WNI dilaporkan sempat meminta tebusan sebesar 4 juta ringgit Malaysia, atau sekitar Rp13,4 miliar.
Catatan redaksi: redaksi mengubah judul pada pukul 12.38 WIB karena ada kekeliruan dalam menyadur sumber berita. (rds/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2lI7Tzd
via IFTTT
No comments:
Post a Comment