Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam pertemuan menteri luar negeri ASEAN dan negara mitra di Bangkok, Thailand, Rabu (31/7).
Dikutip Reuters, Wang bahkan menyatakan China ingin "melembagakan" latihan militer tersebut setelah melihat dua latihan sebelumnya.
Meski begitu, Wang tidak menjelaskan lebih detail terkait rencana itu.
Latihan militer bersama ini pertama kali digagas dalam pertemuan menteri pertahanan negara ASEAN dan China pada 2015 lalu menyusul ketegangan antara Beijing dan Amerika Serikat di Laut China Selatan memanas.
Latihan militer bersama pertama dilakukan ASEAN-China sekitar Oktober 2018 lalu. Latihan selama enam hari itu dilakukan di Zhanjiang, selatan Provinsi Guandong dan melibatkan personel dari China dan seluruh negara ASEAN.
Sebanyak delapan kapal perang, tiga helikopter, dan lebih dari 1.200 personel mengikuti latihan tersebut. China mengerahkan tiga kapal perang seperti kapal perusak Ghuangzhou, kapal fregat Huangshan, dan kapal pengisian ulang bahan bakar Junshanhu.
Sementara Singapura mengirimkan kapal fregat RSS Stawart-nya. Brunei, Thailand, dan Vietnam masing-masing mengerahkan kapal patroli dan fregat. Indonesia, Kamboja, Malaysia, dan Myanmar mengirim sejumlah observer dalam latihan tersebut.
Laut China Selatan memang menjadi topik utama pertemuan menlu ASEAN dan China kali ini. Kedua belah pihak juga telah menyepakati pembacaan pertama draf isi kode etik (code of conduct/CoC) Laut China Selatan bulan ini.
Kode etik ini sengaja dibentuk untuk mengatur tindakan negara-negara di sekitar Laut China Selatan, menyusul sengketa antara China dan sejumlah negara ASEAN yang saling mengklaim perairan itu.
Laut China Selatan menjadi perairan rawan konflik setelah China mengklaim hampir 90 persen wilayah yang kaya sumber daya alam itu. Klaim China itu tumpang tindih dengan sejumlah negara seperti Malaysia, Filipina, Vietnam, Brunei, bahkan Taiwan.
Dalam pertemuan ASEAN, Wang juga memperingatkan negara-negara lain di luar kawasan ASEAN untuk tidak memperkeruh sengketa di Laut China Selatan.
Meski tak memiliki klaim, Amerika Serikat kerap mendesak China terkait sengketa tersebut. Washington khawatir pembangunan pulau buatan dan instalasi militer China di Laut China Selatan dapat pengancam kebebasan bernavigasi di perairan yang menjadi jalur utama perdagangan tersebut.
Karena itu, AS kerap mengerahkan kapal dan pesawat militer untuk berpatroli di Laut China Selatan, sebuah langkah yang selalu membuat geram Beijing.
"kami pikir negara-negara di luar kawasan (Asia Tenggara) tidak seharusnya dengan sengaja memperkuat perbedaan atau perselisihan dari masa lalu," kata Wang menanggapi pertanyaan wartawan terkait keterlibatan AS dan negara non-Asia lainnya dalam pertemuan ASEAN itu.
"Negara-negara non-regional seharusnya tidak menggunakan perbedaan-perbedaan ini untuk menanamkan ketidakpercayaan antara China dan negara ASEAN," ujarnya menambahkan.
Pernyataan itu diutarakan Wang menanggapi komentar AS yang menegur China atas "perilaku intimidasi" dan "aktivitas provokatif" di Laut China Selatan. (rds/dea)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2Mw8eQw
via IFTTT
No comments:
Post a Comment