"Sudah jelas kami harus melindungi kapal-kapal kami yang melintasi Selat Hormuz, jadi kami mempertimbangka segala kemungkinan," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Ro Jae-cheon, seperti dilansir Reuters, Selasa (30/7).
Cheonghae sudah ditempatkan di Teluk Aden sejak 2009. Mereka menjadi mitra bagi sejumlah negara di Afrika, AS, serta Uni Eropa untuk menangkal perompak.
Kapal perusak seberat 4,500 ton itu membawa 302 awak, sebuah helikopter Lynx untuk misi serang kapal selam, dan tiga kapal cepat.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, yang meminta supaya sejumlah sekutunya yakni Korsel, Jepang, Prancis, Jerman, Australia dan lainnya untuk mengerahkan kapal perang dengan dalih untuk mengawal kapal-kapal niaga mereka.
Pertikaian antara AS dan Iran semakin meruncing sejak Negeri Paman Sam menarik diri dari perjanjian nuklir (JCPOA) 2015. Presiden AS, Donald Trump, juga menjatuhkan sejumlah sanksi baru bagi pemerintah dan pejabat Iran.
AS juga mengirim armada kapal induk dan tempur ke Timur Tengah. Pertikaian itu berlanjut ketika Iran menembak jatuh pesawat nirawak (drone) intai milik AS. Trump menyatakan membalas menembak jatuh drone Iran, tetapi dibantah.
Kini Iran juga tengah bertikai dengan Inggris dengan cara saling sandera kapal tanker. Inggris menangkap kapal tanker Iran, Grace 1, di Gibraltar karena dituduh hendak minyak ke Suriah.
Sedangkan Iran balas menangkap kapal tanker berbendera Inggris, Stena Impero, dengan alasan melanggar aturan maritim internasional. (ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2MtSIVj
via IFTTT
No comments:
Post a Comment