Leazott mengaku menciptakan lambang tersebut usai Pilpres 2016 berakhir. Ia diketahui telah dua kali memilih Presiden George W Bush dan tidak mendukung Trump sama sekali. Menurut Leazott, lambang palsu tersebut hanyalah sebagai lelucon.
Lambang kepresidenan AS yang sebelumnya memperlihatkan seekor elang botak dimanipulasi menjadi elang berkepala dua yang mirip dengan lambang resmi Rusia.
Ditambah lagi, dengan sang elang yang mencengkeram tas berisi sejumlah tongkat golf di kaki kirinya yang menyiratkan kegemaran presiden Trump bermain golf.
Tak hanya itu, Leazott juga mengaku mengganti ranting zaitun di kaki kanan elang pada lambang dengan gumpalan uang tunai.
Ia pun turut mengubah moto AS di lambang tersebut menjadi ejekan dalam bahasa Spanyol, yang bertuliskan "45 berarti sebuah boneka."
Namun, hingga kini masih belum diketahui siapa yang menampilkan lambang kepresidenan yang dimanipulasi tersebut ketika presiden Trump sedang berpidato di depan organisasi mahasiswa konservatif Turning Point USA pada Selasa (23/7) pekan lalu.
Pihak Gedung Putih dan Turning Point USA pun tidak menyadari bagaimana foto lambang palsu itu dapat muncul di layar ketika sang presiden tengah berpidato di atas podium.
Kepada The Washington Post, juru bicara Turning Point USA mengatakan, "itu merupakan kesalahan audio visual di menit terakhir. Itu pastinya bukan maksud kami."
"Saya belum tahu siapa yang melakukannya. Saya tidak tahu dari mana mereka mendapat gambar tersebut," katanya.
Sang juru bicara juga melaporkan pihaknya masih mencari pelaku yang bertanggung jawab dan dari mana mereka mendapat gambar tersebut.
Menurut penuturan Turning Point, tim audio visual memang membantu mengkoordinasikan grafis, gambar, dan video, termasuk lambang resmi yang ditampilkan ketika acara yang dihadiri Trump pada Selasa lalu.
Ia juga mengatakan tim yang bertugas saat itu terdiri dari pegawai di organisasinya dan pegawai hotel.
Namun, sejumlah pegawai hotel Marriott Marquis, tempat di mana acara tersebut dilaksanakan, menjelaskan bahwa pihak hotel tidak menyediakan gambar atau video, melainkan hanya mempersiapkan tempat dan proyektor.
Hingga Kamis (25/7) pagi, organisasi konservatif Turning Point mengumumkan pihaknya telah memecat anggota tim video mereka yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
"Kami membiarkan orang itu pergi. Saya tidak berpikir itu niat jahat, tapi tetap saja," ujar juru bicara Turning Point.
Ia menganggap kesalahan ini tidak dapat diterima dan menjelaskan bahwa insiden ini akibat dari pencarian daring yang terlalu terburu-buru ketika hendak menemukan gambar kedua dari lambang yang akan ditampilkan di belakang Trump.
![]() |
Sementara itu, Richard Painter selaku kepala pengacara etika Gedung Putih pada masa pemerintahan George W Bush turut angkat bicara.
"Membiarkan seseorang memunculkan sesuatu di layar yang tidak dikendalikan oleh Gedung Putih adalah (kejadian) yang cukup bodoh," ujar Painter.
Dilansir The Washington Post, Painter mengatakan bahwa staf kepresidenan seharusnya mengetahui gambar dan video apa yang ditampilkan di berbagai acara yang dihadiri presiden. Ia pun menyebut insiden ini sebagai suatu kecerobohan.
"Kamu (staf kepresidenan) seharusnya mengendalikan apa yang dilakukan kelompok pribadi, apa yang mereka taruh di layar dan hal lainnya," ujar Painter.
"Seseorang akan mendapat masalah, tapi mereka (hadirin) mendapat hiburan yang membuatnya tertawa dari (insiden) itu," ujarnya.
Lambang kepresidenan Trump yang telah dimanipulasi serupa dengan milik Rusia sempat memunculkan tuduhan adanya hubungan antara Rusia dan Trump. Kemiripan kedua lambang tersebut juga seakan-akan melontarkan ejekan terhadap kepelikan kasus penyelidikan intervensi Rusia dalam Pilpres 2016 yang memenangkan Trump, dilansir dari Independent.co.uk. (ajw/dea)
from CNN Indonesia https://ift.tt/32PwhiR
via IFTTT
No comments:
Post a Comment