Konten akun TikTok milik Aziz sepintas tak jauh berbeda dengan akun-akun remaja kebanyakan yang banyak membahas soal perawatan kecantikan. Namun, dalam video terbarunya, Aziz turut menyisipkan materi terkait dugaan persekusi yang diterima etnis Uighur di China, salah satu isu yang dianggap sangat sensitif di Negeri Tirai Bambu.
Di awal video, Aziz dengan polos membahas tutorial kecantikan tentang bulu mata.
"Halo guys, saya akan mengajari kalian semua bagaimana mendapat bulu mata yang panjang," kata Aziz di awal video.
"Gunakan ponsel yang kalian gunakan untuk mencari apa yang sedang terjadi di China. Bagaimana mereka memiliki kamp-kamp konsentrasi dan menjebloskan umat muslim yang tidak bersalah ke sana," kata Aziz.
Video yang berdurasi 40 detik itu telah mendapat 498 ribu penggemar di TikTok. Sebagian besar pengguna TikTok merupakan pemuda seperti remaja yang mungkin belum begitu mengetahui terkait isu Uighur sebelumnya.
Etnis Uighur yang sebagian besar tinggal di Provinsi Xinjiang, China, memang tengah menjadi perhatian dunia. Sejumlah laporan memaparkan bahwa pemerintah China telah lama melakukan persekusi hingga penahanan sewenang-wenang terhadap etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya di Xinjiang.
Tak lama setelah mengunggah video itu, pada pekan ini Aziz mengaku bahwa TikTok telah memblokir akunnya.
Perempuan 17 tahun asal New Jersey itu mengatakan kepada BuzzFeed News bahwa ini bukan pertama kalinya TikTok memblokir akun atau menghapus video yang ia unggah. Aziz mengaku platform media sosial itu sudah beberapa kali menghapus sejumlah videonya yang berisikan diskusi tentang agama.
Dilansir The Straits Times, pemblokiran akun Aziz ini semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa TikTok kerap menyensor atau memblokir sejumlah video yang dianggap menganggu oleh pemerintah China.
Sebab,TikTok merupakan milik perusahaan raksasa media sosial China, ByteDance.
Sementara itu, juru bicara ByteDance, Josh Gartner, mengklaim bahwa akun Aziz diblokir karena sebelumnya memuat konten-konten terlarang, seperti foto mantan pemimpin Al-Qaidah, Usamah bin Laden.
Menurut Gartner, hal itu melanggar kebijakan TikTok terkait konten terorisme.
"Jika dia mencoba untuk menggunakan akunnya sama seperti akun sebelumnya, dia akan mengalami masalah," kata Gartner.
Dalam beberapa bulan terakhir, Kongres AS telah mengungkapkan kekhawatiran bahwa TikTok kerap menyensor konten video atas permintaan pemerintah China.
Selain itu, TikTok juga dituding kerap membagikan data pribadi para pengguna kepada otoritas China. Dua senator ternama AS bahkan menganggap bahwa aplikasi TikTok berpotensi menjadi ancaman keamanan AS.Pemimpin TikTok, Alex Zhu, membantah tuduhan itu dalam sebuah wawancara dengan The New York Times. Zhu menuturkan bahwa otoritas China tidak pernah mempengaruhi TikTok dengan cara apa pun.
Zhu memaparkan bahkan ByteDance tidak dapat mengendalikan kebijakan TikTok untuk mengelola konten video di AS. (rds/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2sm6vFk
via IFTTT
No comments:
Post a Comment