"Anda tidak membeli produk hanya untuk disimpan dalam kotak," kata Cavusoglu dalam konferensi pers, Rabu (27/11) seperti dikutip dari AFP.
Akuisisi Turki terhadap sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia direspons dengan kekhawatiran oleh AS. Sekutu Turki di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu mengancam akan menjatuhkan sanksi.
Sejumlah pejabat AS baru-baru ini menyarankan Turki untuk tidak mengaktifkan sistem buatan Rusia itu jika tidak ingin terkena sanksi.
Pada Senin dan Selasa lalu Turki menguji S-400 di pangkalan militer Murted di Ankara. Pada uji coba itu, Turki bahkan menjadikan jet tempur F-16 buatan AS sebagai kelinci percobaan.
Turki menerbangkan F-16 untuk menguji radar yang dioperasikan di S-400. "Ini mengkhawatirkan," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Selasa.
"Tetapi yang jelas kami ingin melihat pemerintah Turki tidak mengoperasikan sistem S-400."
AS menyebut S-400 tidak kompatibel dengan NATO dan dapat menimbulkan ancaman bagi jet-jet F-35 Lockheed Martin Corp.
AS mengatakan ada risiko kebocoran informasi sensitif jika S-400 diintegrasikan dengan jet F-35. Turki sendiri telah memesan F-35 sebanyak 100 unit.
Akan tetapi Presiden AS Donald Trump memutuskan membatalkan proyek penjualan jet tempur F-35 karena Turki tetap melanjutkan kontrak pembelian S-400 buatan Rusia.
AS lantas mengeluarkan Turki dari program F-35 setelah negara itu menerima pengiriman tahap pertama S-400 pada Juli lalu.
"Kami adalah mitra dalam proyek ini (F-35), kami telah melakukan investasi yang sangat serius," kata Cavusoglu.
"Dalam skenario terburuk, jika tidak bisa membeli F-35, kami harus mencari alternatif lain." (dea)
from CNN Indonesia https://ift.tt/37INlcX
via IFTTT
No comments:
Post a Comment