Seperti dilansir Associated Press, Jumat (1/11), Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, menyatakan menawarkan diri menjadi tuan rumah karena memahami kesulitan yang sedang dialami pemerintah Chile. Padahal, kegiatan itu akan digelar pada 2 sampai 13 Desember mendatang.
Menurut Sanchez, PBB akan mempertimbangkan penawarannya pada pekan depan dalam pertemuan di Bonn, Jerman. Konferensi Iklim pada 2018 digelar di Katowice, Polandia dan dihadiri 20 ribu orang.
Menurut Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB, Patricia Espinosa, menyatakan tawaran Spanyol akan dipertimbangkan. Selain Spanyol, PBB mempunyai kandidat lokasi pengganti di New York, Jenewa, Wina, Bonn, atau Nairobi.
Presiden Chile, Sebastian Pinera, menyatakan alasan membatalkan Konferensi Iklim PBB dan pertemuan pemimpin Asia-Pasifik karena ingin fokus untuk menyelesaikan gejolak di dalam negeri.
Demonstrasi yang memicu kerusuhan di Chile sudah merenggut puluhan nyawa. Gejolak di Chile dipicu kenaikan tarif transportasi umum khusus pada jam sibuk sebesar US$1,17 (sekitar Rp16 ribu). Padahal pada Januari lalu ongkos transportasi umum setempat juga sudah dinaikkan.
Pemerintah beralasan mengambil kebijakan itu karena kenaikan harga bahan bakar minyak dan nilai tukar Peso yang melemah.
Masyarakat Chile juga mengkritik pemerintah karena lambatnya pertumbuhan ekonomi, dan mendesak untuk mengubah undang-undang tenaga kerja, perpajakan, serta jaminan pensiun.
Piñera memutuskan membatalkan kenaikan tarif transportasi umum dan merombak kabinet. Dia juga berencana menaikkan tunjangan pensiun, upah minimum regional dan menunda kenaikan tarif dasar listrik.
Di sisi lain, Piñera juga berencana menaikkan pajak kepada orang-orang yang berpenghasilan di atas US$11 ribu (sekitar Rp154 juta). Langkah itu diharapkan bisa meredakan amarah massa. (ayp/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/327HBVW
via IFTTT
No comments:
Post a Comment