"Amerika Serikat mendesak para pemimpin politik Libanon untuk segera memfasilitasi pembentukan pemerintah baru guna menciptakan Libanon yang stabil, makmur, dan aman bagi warganya," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AFP.
Saad Hariri mengumumkan pengunduran diri pada Selasa (29/10) sebagai tanggapan atas keinginan banyak orang Libanon yang turun ke jalan untuk menuntut perubahan.
Gelombang unjuk rasa telah melumpuhkan negara itu selama hampir dua pekan. Hariri menyebut keinginan rakyat tersebut sebagai protes bersejarah.
"Demonstrasi damai dan ekspresi persatuan nasional selama 13 hari terakhir telah mengirim pesan yang jelas. Rakyat Libanon menginginkan pemerintahan yang efisien dan efektif, reformasi ekonomi, dan mengakhiri korupsi," kata Pompeo.
Setelah Hariri menyampaikan pengumuman itu, arus unjuk rasa di pusat Beirut meledak. Kurang dari satu jam setelah pengumuman, pengunjuk rasa membuat kerusuhan.
"Setiap kekerasan atau tindakan provokatif harus dihentikan, dan kami menyerukan tentara Libanon dan layanan keamanan untuk menjamin hak dan keamanan para pengunjuk rasa," ujar Pompeo menambahkan.
Demonstrasi ini mulai memanas pada pertengahan Oktober lalu, ketika pemerintah berencana untuk menerapkan tarif penggunaan aplikasi pesan instan WhatsApp. Ratusan ribu orang turun ke jalan menolak usulan pemerintah tersebut.
Meski pemerintah sudah membatalkan rencana itu, demonstran telanjur mengamuk dan mendesak Hariri melakukan reformasi, bahkan mundur dari kursi perdana menteri.
Publik Libanon juga bergejolak setelah parlemen melakukan penghematan anggaran pada Juli sebagai bagian dari upaya reformasi yang jadi syarat bantuan senilai US$11 miliar dari negara donor tahun lalu. (dea)
from CNN Indonesia https://ift.tt/36j7MMC
via IFTTT
No comments:
Post a Comment