"Kami mengajukan klaim terhadap Nyonya [Anne] Sacoolas di AS atas dampak kerugian sipil dan pemerintahan Trump karena pelanggaran hukum serta upaya menutupi penyelidikan," kata juru bicara keluarga korban, Radd Seiger dikutip AFP, Rabu (30/10).
Seiger kemudian menambahkan bahwa pemerintahan Trump telah melanggar berbagai aturan serta hukum terkait kekebalan diplomatik, serta tidak peduli maupun khawatir dengan kesejahteraan keluarga korban.
"Pemerintahan Trump tidak hanya melanggar hukum dan aturan internasional beserta konvensi kekebalan imunitas diplomatik, tetapi mereka juga tidak peduli dan tidak khawatir terhadap kesejahteraan keluarga mendiang Harry Dunn atau memiliki niat dalam mencari solusi," ujarnya.
Kecelakaan 'adu banteng' yang menewaskan seorang remaja Inggris, Harry Dunn (19), terjadi di dekat sebuah pangkalan udara Inggris yang digunakan AS sebagai pusat komunikasi. Suami dari Anne Sacoolas yang merupakan diplomat diketahui ditugaskan di sana.
Harry dinyatakan meninggal setelah sepeda motor yang dia kendarai ditabrak sebuah mobil yang berjalan dari arah berlawanan. Mobil itu dikemudikan Sacoolas.
Melalui pengacaranya, Sacoolas mengakui bahwa ia mengendarai mobil tersebut dan meninggalkan Inggris dengan klaim memiliki imunitas diplomatik. Dia angkat kaki dari negara itu sebelum kepolisian Inggris dapat mewawancarainya.
Kasus itu telah menarik perhatian publik di Inggris sekaligus membuat tegang hubungan antara Inggris dan AS.
Trump menyebut tabrakan tersebut merupakan kecelakaan yang parah. Dia beralasan warga AS lazim ketika mengalami kesulitan berkendara di sisi kiri jalan di Inggris.
Sebab lajur berkendara di AS berada di sebelah kanan, dan mengadopsi sistem setir kiri. Sedangkan di Inggris kebalikannya.
Kedua orangtua mendiang Harry telah berkunjung ke Gedung Putih pada 15 Oktober lalu. Dalam pertemuan itu, Charlotte Charles dan Tim Dunn telah meminta pemerintahan Trump untuk mengekstradisi Sacoolas ke Inggris tetapi gagal.
Setelah kunjungannya, mereka menuturkan Trump menyambutnya dengan hangat, tetapi mengkritisi upaya pemerintahan AS untuk merekayasa pertemuan singkat dengan Sacoolas.
Sacoolas dilaporkan sedang berada di sebuah ruangan di samping mereka bersama dengan para fotografer.
Kepada Sky News, Tim Dunn menyebut keluarganya merasa jijik dan terkejut dengan perilaku dari pelaku.
"Saya marah bahwa ada seseorang yang dapat melakukan tindakan itu kemudian kabur dengan menggunakan pesawat," katanya.
Keluarga Dunn sebelumnya telah menggugat pemerintah Inggris karena membiarkan Sacoolas kabur.
Pekan lalu, kepolisian Inggris mengumumkan bahwa penyidik kepolisian mereka akan pergi ke AS untuk menginterogasi Sacoolas. (fls/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2owB5ul
via IFTTT
No comments:
Post a Comment