"Saya memakai helm dan kacamata pelidnung. Saya berdiri dengan jurnalis lainnya. Saya dengan seorang jurnalis berteriak, 'Jangan tembak. Kami jurnalis,' tapi polisi tetap menembak," ujar Veby kepada South China Morning Post (SCMP).
Sambil terbaring di Rumah Sakit Pamela Youde Nethersole Eastern, jurnalis Suara Hong Kong News tersebut kemudian mengingat kembali yang terjadi padanya usai peluru karet menyerempet mata kanannya.
"Selanjutnya saya hanya melihat satu tas menuju ke arah saya, lalu saya jatuh," tuturnya sambil meneteskan air mata.
Meski kesakitan, ia tetap bercerita. Veby menuturkan bahwa saat itu ia sedang meliput di bawah jembatan yang menghubungkan Immigration Tower dan stasiun MTR Wan Chai.
Seingat Veby, sebelum insiden itu terjadi kepolisian sedang menyatukan kekuatan di tangga dekat jembatan ketika tiba-tiba salah satu personel melepaskan tembakan ke arah sekelompok demonstran dan jurnalis.
Saat Veby sadarkan diri kira-kira 20 menit setelahnya, paramedis sudah datang. Ia terdengar berkata kepada petugas, "Mata kanan saya sangat sakit." Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans.
Konsulat Jenderal RI untuk Hong Kong langsung menjenguk ke rumah sakit setelah mendapatkan laporan mengenai Veby. KJRI menyatakan bahwa saat ini kondisi Veby sudah stabil.
[Gambas:Video CNN]
Sementara Veby menjalani proses pemulihan, Asosiasi Jurnalis Hong Kong mendesak aparat menjelaskan alasan mereka menyerang reporter.
"Ini merupakan serangan terhadap jurnalis. Ada pula polisi yang menggunakan semprotan merica ke arah jurnalis pada Minggu, dan ada beberapa kasus sebelumnya jurnalis juga tertembak peluru karet," ujar ketua asosiasi tersebut, Chris Yeung Kin-hing.
Chris mengaku tak bisa memahami alasan kepolisian terus menerus melukai jurnalis yang sedang bertugas di lapangan.
"Kepolisian harus menjelaskan mengapa, bukannya meredakan keadaan, malah memperburuk," tutur Chris. (has)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2m9Jh2j
via IFTTT
No comments:
Post a Comment