Para wartawan, yang bekerja untuk perusahaan berita radio dan TV yang menyiarkan berita dalam bahasa Pashto dan Dari itu diculik saat bepergian bersama dari provinsi tetangga Paktika ke Paktia untuk menghadiri lokakarya media pada hari Jumat (6/9).
"Kami berusaha untuk merundingkan pembebasan mereka dengan Taliban," kata Abdullah Hasrat, juru bicara gubernur Paktia perihal penculikan itu, dikutip dari Reuters, Minggu (8/9).
Seorang juru bicara Taliban mengonfirmasi penculikan enam wartawan oleh pejuang mereka. Dia mengaku bahwa kelompok Taliban akan segera membebaskan para pewarta tersebut karena keliru telh menculik mereka.
"Ya, mujahidin kita (pejuang) telah secara keliru menculik mereka," kata Zabihullah Mujahid, juru bicara kelompok gerilyawan garis keras.
Diketahui Afghanistan adalah negara paling mematikan di dunia bagi mereka yang menjadi jurnalis. Pada 2018 tercatat 13 jurnalis tewas menurut Komite untuk Perlindungan Jurnalis (CPJ). Namun catatan Federasi Jurnalis Internasional menyebutkan 16 wartawan yang tewas pada tahun lalu.
Sementara pada Juni, Taliban mengeluarkan ancaman terhadap media Afghanistan, dengan mengatakan bahwa para wartawan akan menjadi sasaran kecuali jika saluran berita berhenti menyiarkan apa yang mereka sebut sebagai propaganda pemerintah terhadap para pemberontak.
Mundur ke belakang, tepatnya 2016, seorang pembom bunuh diri Taliban menabrakkan mobilnya ke dalam bus yang membawa karyawan Tolo TV, media swasta terbesar di negara itu, menewaskan tujuh wartawan.
Taliban mengatakan mereka membunuh para karyawan karena Tolo memproduksi propaganda yang mendukung pendudukan Afghanistan oleh Amerika Serikat dan sekutunya dalam perang mereka melawan para pemberontak.
[Gambas:Video CNN] (reuters/osc)
from CNN Indonesia https://ift.tt/3016pOE
via IFTTT
No comments:
Post a Comment