Pages

Wednesday, September 11, 2019

Pedemo Hong Kong Setop Aksi untuk Peringati Tragedi 9/11

Jakarta, CNN Indonesia -- Aktivis Hong Kong menyerukan penghentian aksi unjuk rasa besar-besaran pada Rabu (11/9) untuk memperingati teror yang mengguncang Amerika Serikat pada 18 tahun silam atau lebih dikenal dengan sebutan tragedi 9/11.

"Dalam solidaritas melawan terorisme, semua bentuk protes di Hong Kong akan dihentikan pada 11 September, meski masih ada potensi untuk bernyanyi dan menyerukan slogan," demikian pernyataan bersama para demonstran yang dikutip Reuters.

Mereka kemudian menjelaskan bahwa pembatalan ini sengaja dilakukan untuk membantah tudingan pemerintah yang disebarluaskan melalui satu pemberitaan di media milik negara, China Daily.

Dalam pemberitaan tersebut, China menuding para demonstran Hong Kong merencanakan serangan teror besar-besaran dalam aksi pada 11 September.

"Para fanatik anti-pemerintah merencanakan serangan teror besar-besaran, termasuk meledakkan pipa gas, di Hong Kong pada 11 September," demikian bunyi berita tersebut.

Pernyataan itu berlanjut, "Rencana teror 9/11 itu juga mendorong serangan diskriminasi terhadap pengguna bahasa Mandarin non-pribumi dan menyulut amarah."

Tak lama setelah berita tersebut tersiar, para demonstran langsung berkoar. Mereka menyatakan bahwa kabar tersebut sangat mudah ditampik.

"Kami bahkan tidak perlu melakukan pengecekan fakta untuk mengetahui bahwa itu adalah berita bohong," ujar seorang demonstran Michael.

Melanjutkan pernyataannya, Michael berkata, "Media pemerintah tidak peduli dengan kredibilitas mereka. Ketika sesuatu yang mereka tahu dari WhatsApp atau keterangan teman dari teman mereka, mereka akan langsung mengabarkannya."

Meski aksi pada hari ini dibatalkan, para demonstran tetap akan turun ke jalan mulai besok. Mereka akan kembali menyerukan berbagai tuntutan yang digaungkan sejak awal Juni lalu.

Awalnya, para demonstran menuntut pemerintah mencabut rancangan undang-undang ekstradisi yang memungkinkan tersangka satu kasus di Hong Kong diadili di wilayah lain, termasuk China.

[Gambas:Video CNN]

Para demonstran tak terima karena menganggap sistem peradilan di China kerap kali bias, terutama jika berkaitan dengan Hong Kong sebagai wilayah otonom yang masih dianggap bagian dari daerah kedaulatan Beijing.

Berawal dari penolakan RUU ekstradisi, demonstrasi itu pun berkembang hingga menggaungkan tuntutan agar pemimpin eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, mundur dan melepaskan Hong Kong dari China. (has)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2LH7tC1
via IFTTT

No comments:

Post a Comment