"[Thunberg] diberi penghargaan karena menginspirasi dan menggaungkan desakan politik untuk segera mengambil tindakan terkait masalah iklim berdasarkan fakta ilmiah," demikian pernyataan resmi Right Livelihood Award, Rabu (25/9).
Pernyataan itu berlanjut, "Sikapnya untuk tidak memberikan toleransi terhadap bencana iklim menginspirasi jutaan orang lain untuk juga mengangkat suara mereka dan mendesak tindakan nyata segera."
Dalam pidatonya di PBB, Thunberg meluapkan kegeraman karena masa kecilnya terenggut demi menyuarakan bahaya perubahan iklim, sementara para pejabat dunia hanya bisa mengumbar janji.
"Teganya kalian. Kalian mencuri mimpi dan masa kecilku dengan omong kosong kalian," ujar Thunberg.
Remaja asal Swedia itu memang rutin bolos sekolah setiap Jumat sejak Agustus 2018. Saat itu, Thunberg izin tak masuk sekolah hanya untuk berdiri di depan gedung parlemen Stockholm sambil memegang spanduk bertuliskan "Tindakan lebih kuat untuk iklim."
Thunberg tak mau angkat kaki dari depan gedung parlemen. Ia bersumpah akan terus menggelar demonstrasi hingga Swedia memenuhi target pengurangan emisi yang tercantum dalam Kesepakatan Paris.
[Gambas:Video CNN]
Di pekan-pekan berikutnya, setiap Jumat ia mengajak teman-temannya untuk melakukan aksi serupa hingga akhirnya demonstrasi itu meluas dan dikenal dengan nama Fridays for Future.
Nama Thunberg terus melambung sampai-sampai ia diundang untuk berbicara di Konferensi Perubahan Iklim PBB 2018. Sejak saat itu, gelombang gerakan Thunberg menggulung ribuan kota di seluruh dunia.
Time melaporkan bahwa terhitung hingga 24 Mei lalu, 1,6 juta siswa di 1.600 kota di 125 negara mengikuti jejak Thunberg, melangkah keluar sekolah untuk mendesak pihak berwenang mengambil tindakan tegas atas perubahan iklim. (has)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2mKXp1Y
via IFTTT
No comments:
Post a Comment