Seorang Staf Jenderal Angkatan Darat China, Jenderal Cai Zhijun, mengatakan parade militer dan sipil itu akan digelar di Beijing dan memamerkan beberapa persenjataan paling canggih milik negara.
Cai menuturkan parade militer ini diharapkan menjadi yang terbesar dalam sejarah. Meski begitu, Cai menekankan bahwa skala parade militer yang besar ini bukan lah tanda agresi China.
Ia juga menekankan bahwa tentara China "berkomitmen menjaga perdamaian dunia dan stabilitas regional."
"Kami harus menegaskan bahwa parade militer ini tidak akan menargetkan negara atau wilayah mana pun atau terkait insiden spesifik apa pun," kata Cai dalam jumpa pers di Beijing, Kamis (29/8).
"Tetapi (China sebagai) militer terbesar di dunia akan menunjukkan beberapa senjata canggih untuk pertama kalinya," ujarnya menambahkan.
Cai mengatakan China sebelumnya juga pernah menggelar parade militer besar ketika memperingati berakhirnya Perang Dunia II dan saat merayakan peringatan 60 tahun Republik Rakyat Tiongkok.
Namun, ia mengatakan parade militer pada Oktober mendatang akan lebih besar dari dua parade sebelumnya.
Dilansir AFP, Wakil Menteri Publikasi Komite Pusat Partai Komunis China, Wang Xiaohui, mengatakan Presiden Xi Jinping juga akan menyampaikan "pidato penting" dalam parade militer nanti.
Selain memamerkan alat utama sistem pertahanan (alutsista), parade militer juga akan mencakup upacara penghargaan, pesta kembang api, acara musik, dan pemutaran film dokumenter resmi.
Parade militer besar-besaran ini digelar ketika persaingan China dan Amerika Serikat semakin sengit. Kedua negara masih terlibat perang tarif.
Kedua negara juga terus berupaya menegaskan pengaruh di Asia Tenggara, terutama Laut China Selatan.
Di sisi lain, China juga menghadapi situasi di Hong Kong dan Taiwan, dua wilayahnya yang bergolak. Hong Kong saat ini masih terperosok dalam krisis politik terparah sepanjang sejarahnya sejak berada di bawah kontrol China pada 1997.
Krisis politik itu bermula dari aksi demonstrasi warga yang menolak pembahasan Rancangan Undang-Undang Ekstradisi. RUU itu memungkinkan Hong Kong mengekstradisi tahanan ke China.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam telah membatalkan RUU itu. Namun, para pedemo masih terus berunjuk rasa untuk menuntut Lam mundur.
Sementara itu, China juga dihadapkan oleh sikap Taiwan. Wilayah yang dianggap Beijing sebagai pembangkang itu terus berupaya mencari dukungan global untuk memerdekakan diri dari China. (rds/dea)
from CNN Indonesia https://ift.tt/32evZRo
via IFTTT
No comments:
Post a Comment