Empat pelajar tersebut termasuk dalam enam pengunjuk rasa yang tewas. Sementara 60 orang mengalami luka-luka dalam unjuk rasa yang dilakukan di Al-Obeid pada Senin (29/7) lalu.
Informasi ini disampaikan oleh seorang dokter di rumah sakit yang sempat menangani sejumlah korban, Rabu (31/7).
Kepada AFP, dokter Ameer Adam mengkonfirmasi hanya ada empat korban yang diidentifikasi sebagai pelajar. Mereka berusia antara 15 hingga 17 tahun.
"Kesimpangsiuran sempat terjadi karena lima orang pengunjuk rasa yang tewas itu menggunakan seragam sekolah. Usianya telah lebih dari 18 tahun," ujar Adam.
Sementara itu, ketika diwawancara AFP, dua keluarga korban menyatakan bahwa kerabatnya yang terbunuh itu berusia antara 23 dan 55 tahun.
Pihak keluarga juga mengatakan korban tewas yang berusia 23 tahun itu mengenakan seragam dari institusi di mana dia belajar.
Banyaknya pelajar yang menjadi korban tewas itu memicu unjuk rasa lainnya di Al-Obeid dan di ibu kota Khartoum. Para demonstran memenuhi jalan untuk mengecam penembakan para pelajar.
Penembakan sejumlah pelajar juga berbuntut pada ditutupnya sekolah-sekolah sementara waktu.
Sebelumnya demonstrasi di Al-Obeid dilakukan warga guna menuntut kurangnya persediaan makanan dan bahan bakar selama berminggu-minggu.
Pada Desember lalu, harga pangan naik tiga kali lipat secara tiba-tiba yang akhirnya memicu aksi protes di mana-mana.
Akibatnya, presiden Omar al-Bashir yang telah berkuasa selama 30 tahun berhasil digulingkan oleh pasukan bersenjata Sudan pada April 2019.
Insiden tewasnya pelajar ini terjadi sehari sebelum para pemimpin unjuk rasa mengadakan perundingan dengan sejumlah jenderal terkait penerapan aturan sipil sejak kedua pihak menandatangani pembagian kekuasaan di awal Juli. Namun, mereka membatalkan pertemuan yang dijadwalkan pada Selasa lalu.
"Tidak akan ada negosiasi hari ini dengan Dewan Militer Transisi karena tim negosiasi kami masih berada di Al-Obeid dan akan kembali malam ini," ujar Satea al-Haj selaku negosiator sekaligus pemimpin terkemuka unjuk rasa.
Ketua dewan militer Sudan, yakni Jenderal Abdel Fattah al-Burhan pun turut mengecam insiden yang menimpa para pelajar.
Sejak penembakan di Al-Obeid menggemparkan publik, pihak berwenang mengadakan patroli di empat kota di Kordofan Utara, di mana saat itu kelompok protes Asosiasi Profesional Sudan (SPA) menyerukan unjuk rasa nasional untuk menentang pembantaian.
"Pasukan Janjaweed dan beberapa penembak jitu, tanpa belas kasihan, menghadapi siswa sekolah dengan senjata," ujar SPA sambil mengacu pada RSF yang memiliki asal-usul dengan milisi Arab yang sempat menyerang etnis minoritas di Darfur, kawasan barat Sudan pada 2003 silam. (ajw/dea)
from CNN Indonesia https://ift.tt/335S4CX
via IFTTT
No comments:
Post a Comment