Kementerian Pariwisata menyatakan bahwa mereka merilis larangan perjalanan itu karena "relasi China dan Taiwan saat ini" tanpa menjelaskan lebih detail.
Selama ini, warga Negeri Tirai Bambu memang membutuhkan izin untuk melakukan perjalan mandiri ke Taiwan, wilayah yang dianggap pemerintahan Presiden Xi Jinping sebagai pembangkang lantaran ingin memerdekakan diri dari China.
Hanya para turis dari 47 kota seperti Beijing, Shanghai, dan Xiamen yang diizinkan mengunjungi Taiwan secara mandiri, bukan dengan rombongan tur.
Larangan ini dikeluarkan di saat jumlah warga China yang mengunjungi Taiwan melonjak. Pada semester pertama 2019, jumlah turis China ke Taiwan mencapai 1,67 juta. Dikutip Reuters, angka itu naik 28 persen dari tahun sebelumnya.
Kebijakan ini diterapkan ketika hubungan China dan Taiwan kembali memanas. Militer China berencana menggelar latihan di dekat Selat Taiwan pekan ini setelah mengancam akan menyerbu Taipei jika pemerintah wilayah itu kembali menyerukan pemisahan diri.
Namun, mereka menutup daerah di barat Taiwan, tepatnya di lepas pantai Guangdong dan Fujian, mulai Senin (29/7) pukul 06.00 hingga Jumat (2/8) pukul 18.00.
Selain itu, Badan Keamanan Maritim China juga menutup daerah pesisir di timur laut Taiwan, Zhejiang, untuk kegiatan militer hingga Kamis sore. Ancaman perang itu tercatat dalam buku putih pertahanan China yang dirilis pekan lalu.
Dalam dokumen itu, China juga menuduh Amerika Serikat menggunakan pengaruh politik untuk merusak stabilitas global.
Tak lama setelah buku putih itu dirilis, AS pun mengerahkan kapal perangnya, USS Antietam, ke Selat Taiwan dengan dalih pelayaran rutin. AS memang secara berkala melakukan pelayaran dengan dalih uji navigasi di Selat Taiwan yang selalu memancing amarah China.
Beijing menganggap setiap kapal perang yang melewati selat itu merupakan bentuk pelanggaran kedaulatan. (rds/has)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2OwuHzn
via IFTTT
No comments:
Post a Comment