Penyanderaan tiga nelayan WNI oleh kelompok Abu Sayyaf sebelumnya diketahui publik lewat sebuah video di Facebook. Dalam video itu, para nelayan mengirim pesan agar Presiden Jokowi membebaskan mereka dengan membayar tebusan.
"Mengenai itu, jadi kemarin saya berkesempatan pada saat KTT ASEAN-RoK (ASEAN-Republic of Korea CEO Summit), saya bertemu dengan Menteri Pertahanan Filipina dan kemudian Presiden melakukan pembicaraan dengan Presiden Filipina Duterte," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi kepada wartawan di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (27/11).
Dalam kesempatan itu, kata Retno, Jokowi mengingatkan Filipina bahwa masih ada tiga WNI yang jadi korban penculikan. Jokowi juga meminta bantuan otoritas Filipina untuk melakukan pembebasan tiga WNI tersebut.
Retno mengklaim pembicaraan antara dua negara berjalan baik. Filipina bersedia memenuhi permintaan Indonesia untuk segera menyelamatkan tiga nelayan tersebut.
"Karena itu kita mengharapkan kerja sama Filipina bagi upaya pembebasan ketiga saudara kita tersebut," katanya.
Tiga nelayan WNI bernama Maharudin Lunani (48), Muhammad Farhan (27), dan bernama Samiun Maneu (27) disandera kelompok teroris Abu Sayyaf. Dalam sebuah video yang beredar di Facebook pada akhir pekan lalu, ketiga WNI itu terlihat tengah duduk jongkok bertelanjang dada.
Sementara itu, tiga pria berdiri mengawasi di belakang mereka sambil memegang senapan.
Ketiganya diculik kelompok teroris saat sedang melaut dan memancing udang di Pulau Tambisan, Lahad Datu, Sabah. Insiden itu terjadi pada 24 September 2019.
"Kami bekerja di Malaysia. Kami ditangkap kelompok Abu Sayyaf pada 24 September 2019. Kami harap bos kami bantu kami untuk bebaskan kami," ucap Samiun menggunakan bahasa Indonesia dalam video tersebut.
"Dan juga Presiden Republik Indonesia tolong kami supaya kami bebas dari sini. Kelompok Abu Sayyaf menuntut 30 juta peso sebagai tebusan (Rp8,3 miliar)," Saimun menambahkan. (dhf/ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2DjdUqW
via IFTTT
No comments:
Post a Comment