Pages

Saturday, October 26, 2019

Unjuk Rasa di Irak Kembali Telan Korban Jiwa

Jakarta, CNN Indonesia -- Sampai saat ini sebanyak 40 orang dilaporkan meninggal dalam sejumlah bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan di Irak. Warga setempat sudah hampir sebulan melakukan demonstrasi mendesak pemerintah melakukan reformasi untuk melawan praktik korupsi dan memperbaiki pertumbuhan ekonomi.

Seperti dikutip dari AFP, Sabtu (26/10), bentrokan yang terjadi pada Jumat kemarin di Alun-alun Tahrir di Ibu Kota Baghdad menyebabkan delapan demonstran meninggal. Mereka hendak berdemo di kompleks pemerintahan di Baghdad yang dikenal dengan wilayah Zona Hijau.


Di sana juga terdapat sejumlah kedutaan besar negara sahabat. Namun, aparat memutuskan mengadang pengunjuk rasa di jembatan al-Jumhuriyya.

Saat menghadapi demonstran kemarin, aparat di Baghdad tidak menggunakan peluru tajam seperti sebelumnya. Namun, menurut paramedis, dua pengunjuk rasa tewas karena terkena kaleng gas air mata.

Akibat bentrokan itu, ratusan demonstran mengalami luka-luka.

Sedangkan di Kota Nasiriyah dilaporkan lima demonstran tewas ditembak menggunakan peluru tajam. Sedangkan seorang pengunjuk rasa tewas karena luka bakar ketika massa membakar sejumlah kantor perwakilan beberapa partai politik di Irak.

[Gambas:Video CNN]

Demonstran menuntut Perdana Menteri Adel Abdel Mahdi untuk menunaikan janji kampanye untuk memberantas korupsi dan memperbaiki perekonomian Irak. Masyarakat menyatakan jengah dengan keadaan dan maraknya praktik korupsi di Negeri 1001 Malam.

Menurut data Bank Dunia, satu dari lima warga Irak menganggur. Tingkat pengangguran mencapai 25 persen.

Padahal, menurut Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Irak adalah penghasil minyak bumi kedua terbesar di dunia. Namun, berdasarkan telaah lembaga non-pemerintah Transparency International, mereka menempati urutan ke-12 negara terkorup di dunia.

Ketua Ulama Syiah Irak, Ayatullah Ali al-Sistani, meminta semua pihak menahan diri. Namun, ulama Syiah yang populer di kalangan warga Irak, Muqtada al-Sadr, justru mendukung unjuk rasa itu.

Pada ajang demo pada 1 sampai 6 Oktober lalu, sebanyak 157 warga sipil meninggal akibat kekerasan aparat. Sekitar 70 persen korban mengalami luka tembak di kepala dan dada akibat peluru tajam.


Diduga sejumlah kekuatan politik turut menurunkan milisi mereka guna mendukung pemerintah. Salah satunya adalah pasukan paramiliter Hashed al-Shaabi.

Sedangkan warga Sunni dan Kurdi yang berada di utara dan barat Irak memilih menjauhkan diri dari aksi unjuk rasa. (ayp)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2piwyMf
via IFTTT

No comments:

Post a Comment