"Kami berharap perundingan ini akan membuahkan hasil. Kami menyampaikan kepada mereka kami tidak akan kembali jika tidak diakui sebagai warga negara Myanmar," kata utusan Rohingya, Dil Mohammad, yang turut dalam perundingan itu, seperti dilansir AFP, Minggu (28/7).
Militer Myanmar terus menjadi sorotan setelah diduga melakukan persekusi, pengusiran, hingga pembunuhan terhadap etnis Rohingya dan minoritas lainnya di Rakhine. Kekerasan itu kembali memburuk sekitar Agustus 2017.Kekerasan dipicu oleh penyerangan sejumlah pos polisi oleh kelompok militan di Rakhine. Alih-alih menangkap para pelaku, militer Myanmar diduga mengusir, menyiksa, hingga membunuh etnis Rohingya.
Sejak itu, sedikitnya 700 ribu Rohingya lari ke perbatasan Bangladesh untuk mencari perlindungan. Meski Myanmar mengklaim telah menahan sejumlah tentara terkait hal ini, kekerasan terhadap Rohingya disebut masih terjadi hingga saat ini.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah menganggap kekerasan terhadap Rohingya selama ini merupakan sebuah upaya genosida terhadap etnis minoritas itu.
Myanmar menyatakan etnis Rohingya sebagai 'Orang Bengali' yang dianggap sebagai pendatang gelap dari Bangladesh.
(ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2YbXOwn
via IFTTT
No comments:
Post a Comment